Sabtu, 17 September 2011

KONSEP MANUSIA DALAM AL-QUR'AN

Konsep Manusia Dalam Al-Qur’an Adanya manusia menurut al-Qur’an adalah karena sepasang manusia pertama yaitu Bapak Adam dan Ibu Hawa. Disebutkan bahwa, dua insan ini pada awalnya hidup di surga. Namun, karena melanggar perintah Allah maka mereka diturunkan ke bumi. Setelah diturunkan ke bumi, sepasang manusia ini kemudian beranak-pinak, menjaga dan menjadi wakil-Nya di dunia baru itu. Tugas yang amat berat untuk menjadi penjaga bumi. Karena beratnya tugas yang akan diemban manusia, maka Allah memberikan pengetahuan tentang segala sesuatu pada manusia. Satu nilai lebih pada diri manusia, yaitu dianugerahi pengetahuan. Manusia dengan segala kelebihannya kemudian ditetapkan menjadi khalifah dibumi ini. Satu kebijakan Allah yang sempat ditentang oleh Iblis dan dipertanyakan oleh para malaikat. Dan Allah berfirman: “....Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama mereka...” (al-Baqarah ayat 33). Setelah Adam menyebutkan nama-nama itu pada malaikat, akhirya Malaikatpun tahu bahwa manusia pada hakikatnya mampu menjaga dunia. Dari uraian ini dapat dipahami bahwa manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah SWT. Dengan segala pengetahuan yang diberikan Allah manusia memperoleh kedudukannya yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Inipun dijelaskan dalam firman Allah SWT: “.....kemudian kami katakan kepada para Malaikat: Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka merekapun bersujud kecuali Iblis, dia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (al-Baqarah ayat 34). Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki keistimewaan dibanding makhluk Allah yang lainnya, bahkan Malaikat sekalipun. Menjadi menarik dari sini jika legitimasi kesempurnaan ini diterapkan pada model manusia saat ini, atau manusia-manusia pada umumnya selain mereka para Nabi dan orang-orang maksum. Para nabi dan orang-orang maksum menjadi pengecualian karena sudah jelas dalam diri mereka terdapat kesempurnaan diri, dan kebaikan diri selalu menyertai mereka. Lalu, kenapa pembahasan ini menjadi menarik ketika ditarik dalam bahasan manusia pada umumnya. Pertama, manusia umumnya nampak lebih sering melanggar perintah Allah dan senang sekali melakukan dosa. Kedua, jika demikian maka manusia semacam ini jauh di bawah standar malaikat yang selalu beribadah dan menjalankan perintah Allah SWT, padahal dijelaskan dalam al-Qur’an Malaikatpun sujud pada manusia. Kemudian, ketiga, bagaimanakah mempertanggungjawabkan firman Allah di atas, yang menyebutkan bahwa manusia adalah sebaik-baiknya makhluk Allah. Tiga hal inilah yang menjadi inti pembahasan ini. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia memang memiliki kecenderungan untuk melanggar perintah Allah, padahal Allah telah menjanjikannya kedudukan yang tinggi. Allah berfirman: “Dan kalau Kami menghendaki sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah.............” (al-A’raaf, ayat 176). Dari ayat ini dapat dilihat bahwa sejak awal Allah menghendaki manusia untuk menjadi hamba-Nya yang paling baik, tetapi karena sifat dasar alamiahnya, manusia mengabaikan itu. Ini memperlihatkan bahwa pada diri manusia itu terdapat potensi-potensi baik, namun karena potensi itu tidak didaya gunakan maka manusia terjerebab dalam lembah kenistaan, bahkan terkadang jatuh pada tingkatan di bawah hewan. Satu hal yang tergambar dari uraian di atas adalah untuk mewujudkan potensi-potensi itu, manusia harus benar-benar menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dan tentu manusia mampu untuk menjalani ini. Sesuai dengan firman-Nya: “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikannya) dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.......” (al-Baqarah ayat 286). Jelas sekali bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya dengan kadar yang tak dapat dilaksanakan oleh mereka. Kemudian, bila perintah-perintah Allah itu tak dapat dikerjakan, hal itu karena kelalaian manusia sendiri. “ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” Mengenai kelalaian manusia, melalui surat al-Ashr ini Allah selalu memperingatkan manusia untuk tidak menyia-nyiakan waktunya hanya untuk kehidupan dunia mereka saja. Bahkan Allah sampai bersumpah pada masa, untuk menekankan peringatan-Nya pada manusia. Namun, lagi-lagi manusi cenderung lalai dan mengumbar hawa nafsunya. Unsur-unsur dalam diri manusia Membahas sifat-sifat manusia tidaklah lengkap jika hanya menjelaskan bagaimana sifat manusia itu, tanpa melihat gerangan apa di balik sifat-sifat itu. Murtadha Muthahari di dalam bukunya Manusia dan Alam Semesta sedikit menyinggung hal ini. Menurutnya fisik manusia terdiri dari unsur mineral, tumbuhan, dan hewan. Dan hal ini juga dijelaskan di dalam firman Allah : Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan memulai penciptaan manusia dai tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (as-Sajdah ayat 7-9). Sejalan dengan Muthahari dan ayat-ayat ini, maka manusia memiliki unsur paling lengkap dibanding dengan makhluk Allah yang lain. Selain unsur mineral, tumbuhan, dan hewan (fisis), ternyata manusia memiliki jiwa atau ruh. Kombinasi inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk penuh potensial. Jika unsur-unsur ditarik garis lurus maka, ketika manusia didominasi oleh unsur fisisnya maka dapat dikatakan bahwa ia semakin menjauhi kehakikiannya. Dan implikasinya, manusia semakin menjauhi Allah SWT. Tipe manusia inilah yang dalam al-Qur’an di sebut sebagai al-Basyar, manusia jasadiyyah. Dan demikianpun sebaliknya, semakin manusia mengarahkan keinginannya agar sejalan dengan jiwanya, maka ia akan memperoleh tingkatan semakin tinggi. Bahkan dikatakan oleh para sufi-sufi besar, manusia sebenarnya mampu melampaui malaikat, bahkan mampu menyatu kembali dengan sang Khalik. Manusia seperti inilah yang disebut sebagai al-insaniyyah. Luar biasanya manusia jika ia mampu mengelola potensinya dengan baik. Di dalam dirinya ada bagian-bagian yang tak dimiliki malaikat, hewan, tumbuhan, dan mineral—satu persatu. Itu karena di dalam diri manusia unsur-unsur makhluk Allah yang lain ada. Tidak salah bila dikatakan bahwa alam semesta ini makrokosmos dan manusia adalah mikrokosmosnya. Penutup Manusia adalah manusia dengan segala potensialitasnya. Ia dapat memilih mendayagunakan potensialitasnya atau mengabaikannya.

Kamis, 08 September 2011

Pengaruh Gizi terhadap Penyakit Kardiovaskular

Cayank ne lgi artikel nya .....sumbernya dari http://www.smallcrab.com/
Penyebab penyakit kardiovaskular adalah multifaktorial. Secara umum telah disepakati bahwa kadar kholesterol yang tinggi dalam darah, hipertensi, dan merokok berperanan penting dalam terjadinya atherosklerosis yang merupakan salah satu bentuk penyakit kardiovaskular.

Sebagian besar faktor risiko penyakit jantung, baik faktor risiko primer maupun sekunder, banyak berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan diet. Faktor gizi yang akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini adalah masukan kholesterol, jumlah dan macam lemak, energi, protein, vitamin A, E dan C, serat makanan dan beberapa mineral khususnya Na, Fe, Ca, Mg, Cu, Zn dan Se. Sementara faktor bukan gizi yang akan dibahas adalah alkohol dan kopi.

Masukan kolesterol

Kholesterol dalam darah berasal dari dua sumber, yaitu diet atau kholesterol eksogen dan hasil sintesis dalam tubuh atau kholesterol endogen. Hanya sekitar 25%—50% kholesterol dari diet yang dapat diabsorbsi, selebihnya dibuang melalui tinja. Jika masukan kholesterol meningkat, sintesis kholesterol akan ditekan.

Studi klinis, epidemiologi maupun studi dengan hewan percobaan memperlihatkan bahwa masukan kholesterol merupakan faktor terpenting yang menentukan kadar  kholesterol dalam darah. Peningkatan kholesterol dalam darah merupakan faktor risiko yang penting pada penyakit kardiovaskular. Risiko ini terutama berhubungan dengan peningkatan kadar kholesterol berkerapatan rendah (LDL) dalam darah. Sebaliknya penurunan kadar kholesterol berkerapatan tinggi (HDL) juga merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular.

Dengan demikian konsep normal kadar kholesterol total dalam darah hanya mempunyai arti kecil; studi observasi menunjukkan bahwa satu populasi dengan rata-rata kholesterol total dalam darah 10% lebih rendah daripada populasi lain, akan menderita penyakit kardiovaskular sepertiga lebih rendah, dan perbedaan 30% kholesterol total dalam darah diperkirakan menyebabkan perbedaan penyakit kardiovaskular sampai empat kali. Rasio LDL-HDL merupakan faktor risiko yang lebih penting daripada total kholesterol dalam darah maupun LDL dan HDL secara terpisah.

Keys dkk pada tahun 1965 dan Hegsted dkk pada tahun yang sama telah mengembangkan suatu formula (rumus) untuk mengestimasi atau memperkirakan perubahan kholesterol dalam darah. Kedua rumus tersebut adalah sebagai berikut :
delta Chol = 1,35 (2 delta S — delta P) + 1,52 delta Z(9)
delta chol = 2,16 delta S — 1,65 delta P + 0,0677 delta C — 0,53(10)

Delta Chol = estimasi perubahan kholesterol dalam darah (mg/dl)
Delta S = perubahan persen energi yang berasal dari lemak jenuh per hari
Delta P = perubahan persen energi yang berasal dari lemak tak jenuh ganda
Delta Z = perubahan akar kuadrat dari masukan kholesterol dalam mg per 1000 Kilo kalori
Delta C = masukan kholesterol (mg/hari).

Rumus atau formula di atas berlaku secara umum, namun setiap individu mempunyai respon yang berbeda terhadap masukan kholesterol. Perbedaan respon ini disebabkan pengendalian secara genetik dalam metabolisme lemak. Sebagai konsekuensinya akan terdapat kelompok orang yang tidak mengalami kenaikan kadar kholesterol dalam darahnya walaupun masukan kholesterol meningkat tajam. Kelompok orang-orang ini dinamakan hiporesponder.

Sebaliknya terdapat pula kelompok orang yang mengalami kenaikan kadar kholesterol dalam darah secara tajam, walaupun masukan kholesterolnya hanya meningkat sedikit. Kelompok ini disebut hiperresponder. Susilowati, 1991 dalam penelitiannya menggunakan tikus percobaan mendapatkan bahwa masukan kholesterol yang tinggi dalam makanan dapat mempengaruhi kadar kholesterol darah dan meningkatkan kholesterol dalam hati secara dramatis.

Masukan lemak
Dalam mengkaji hubungan antara masukan lemak dengan penyakit kardiovaskular, perlu diperhatikan proporsi energi berasal dari lemak serta macam lemak yang dikonsumsi.

Berdasarkan sumbernya lemak dapat dibedakan menjadi dua yaitu lemak nabati dan hewani. Secara umum lemak nabati lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh ganda (PUFA = Polyunsaturated fatty acid) maupun tunggal (MUFA = Monounsaturated fatty acid), kecuali lemak yang berasal dari kelapa. Sementara lemak hewani umumnya banyak mengandung lemak jenuh (SAFA = Saturated fatty acid), seperti asam miristat (C14), asam palmitat (C16), asam stearat (C18).

Mengkonsumsi banyak asam lemak jenuh akan meningkatkan kadar kholesterol dan trigliserida dalam darah. Makanan hewani selain banyak mengandung lemak jenuh juga mengandung kholesterol, sebaliknya makanan nabati yang sedikit mengandung lemak jenuh, juga tidak mengandung kholesterol.

Macam lemak dalam diet merupakan faktor tunggal dalam diet yang paling kuat mempengaruhi konsentrasi kholesterol. Studi di tujuh negara menunjukkan hubungan yang positif antara masukan lemak jenuh dan insiden kardiovaskular selama 10 tahun. Populasi dengan rata-rata masukan lemak jenuh 3% dan 10% dari masukan energi, bercirikan kholesterol total dalam darah 5,17 mmol/l (200 mg/dl), dan tingkat kematian karena penyakit kardiovaskular juga rendah. Jika masukan lemak jenuh di atas 10% dari masukan energi, akan terlihat peningkatan kematian karena penyakit kardiovaskular.

Di antara berbagai macam asam lemak jenuh, asam palmitat (C16:0) dan asam miristat (C14:0), mempunyai pengaruh paling kuat terhadap kholesterol total dalam darah. Sementara asam lemak jenuh dengan rantai karbon di bawah 10 atau di atas 18, pengaruhnya kurang kuat terhadap kholesterol total dalam darah. Asam laurat (C12:0) dan asam miristat (C14:0) banyak terdapat pada minyak kelapa, sementara asam palmitat (C16:0) dan asam stearat (C 18:0) banyak terdapat pada kakao.

Peranan asam lemak tak jenuh seperti asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) baik dari kelompok omega-3 maupun omega-6, dalam pencegahan penyakit kardiovaskular masih tetap belum jelas. Penduduk di negara-negara Mediteranian yang mengkonsumsi lemak di atas 40% dari masukan energi, mempunyai kejadian penyakit kardiovaskular rendah.

Sementara orang-orang Eskimo yang juga mengkonsumsi lemak tinggi, terutama dari jenis lemak omega-3, kejadian penyakit kardiovaskular juga rendah. Perlu diingat bahwa ciri susunan diet orang-orang Eskimo dan Mediteranian adalah rendah asam lemak jenuh. Belum tersedia informasi tentang pengaruh diet yang mengandung asam lemak omega-6 di atas 7% dari masukan energi dalam jangka waktu lama di dalam suatu populasi.

Penelitian klinik dan penelitian menggunakan hewan percobaan membuktikan bahwa asam lemak omega-6 yang dipakai untuk menggantikan asam lemak jenuh, dapat menurunkan kholesterol total, LDL, dan HDL dalam darah. Minyak ikan yang kaya asam lemak omega-3 secara taat azas menurunkan trigliserida darah dan memperpanjang waktu pembekuan darah.

Pengaruh asam lemak omega-3 terhadap LDL bervariasi. Data tentang pengaruh asam lemak omega-3 dosis tinggi terhadap kesehatan dalam jangka waktu lama, masih terbatas. Sebuah studi epidemiologi di Belanda menunjukkan bahwa mengkonsumsi ikan sekurang-kurangnya 30 g dengan frekuensi 1–2 kali per minggu dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskulat.

Studi klinik dan studi menggunakan hewan percobaan memberikan indikasi bahwa penggantian asam lemak jenuh dengan asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dalam diet, berhasil menurunkan kadar kholesterol total dan LDL dalam darah tanpa penurunan HDL. Akhir-akhir ini dalam anjuran diet banyak dipakai rasio antara PUFA, SAFA, dan MUFA, 1:1:1.

Di antara asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), asam oleat (C18:1) paling banyak dijumpai di alam. Asam ini banyak didapati pada minyak biji zaitun (rape seed oil), minyak biji matahari, minyak biji safflower yaitu tumbuhan yang berasal dari Erasia dengan kandungan antara 65–85%. Dari kelompok asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) omega-6, asam linoleat (C18:1) adalah yang paling banyak dijumpai. Asam lemak ini banyak terdapat pada minyak nabati seperti minyak biji matahari (65%), margarin lunak (60%), minyak jagung (60%) dan minyak kedelai (55%).

Sementara asam lemak omega-3 juga didapati pada minyak nabati seperti minyak biji rami (50%), minyak kedelai (10%). Asam lemak omega-3 dengan atom C rantai panjang dan ikatan rangkap 5 (asam eikosapentanoat = EPA) atau 6 (asam dokosaheksanoat = DHA) banyak dijumpai pada ikan.

Masukan energi
Masukan energi yang berlebihan baik energi yang berasal dari karbohidrat, lemak, protein maupun alkohol, dapat mempertinggi trigliserida dan kholesterol dalam darah. Dalam mempelajari hubungan antara masukan energi dengan penyakit kardiovaskular, tidak dapat hanya melihat masukan energi saja, melainkan harus diperhatikan proporsi energi yang berasal dari lemak terutama lemak jenuh serta kaitannya dengan obesitas dan aktifitas fisik.

Peranan obesitas dalam etiologi atherosklerosis dan penyakit kardiovaskular masih belum jelas. Adipositas berkorelasi terbalik dengan konsentrasi HDL. Peningkatan jaringan adipos yang berarti pula peningkatan berat badan, akan diikuti penurunan HDL yang selanjutnya risiko mendapatkan penyakit kardiovaskuler akan meningkat.

Obesitas atau kegemukan berkaitan erat dengan gaya hidup tertentu termasuk diet atau makanan yang berlebih serta latihan fisik yang kurang. Dengan demikian pengontrolan berat badan dengan latihan fisik dan diet yang seimbang merupakan upaya yang baik dalam mengurangi atau memperkecil risiko terkena penyakit kardiovaskular.

Protein
Dalam penelitian dengan hewan percobaan ditemukan bahwa diet yang mengandung tinggi protein terutama protein hewani akan mengakselerasi atherosklerosis. Kasein mempunyai efek hiperkholesterolemik dan lebih aterogenik dibandingkan dengan protein kedelai. Pada penelitian menggunakan hewan percobaan, protein kedelai masih mampu menekan kenaikan kholesterol darah walaupun dalam dietnya ditambah 1% kholesterol.

Studi lain yang menggunakan protein kedelai dan protein nabati lain untuk menggantikan kasein, juga memberikan hasil yang sama. Tampaknya pengaruh macam protein (protein kedelai) terhadap penurunan kholesterol dalam darah lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh asam lemak omega-6 maupun asam lemak omega-3, walaupun terdapat interaksi antara keduanya.

Vitamin A, E dan C
Vitamin A dan E berperan dalam melindungi endotelium dan juga merupakan antioksidan yang dapat melindungi peroksidasi lemak. Vitamin A dan E dapat melindungi kejadian agregasi platelet, mempengaruhi transpor oksigen dan penggunaannya, meningkatkan HDL dan meningkatkan kemampuan asam nikotinat dalam menurunkan lipida darah. Vitamin A dan E dapat berperan dalam pencegahan primer terhadap kelainan metabolisme yang merupakan penyebab hiperlipoproteinemia, dan dapat pula berperan dalam pencegahan sekunder untuk mengurangi lipida darah yang dapat menyebabkan risiko aterogenesis.

Gey (1991) dalam penelitiannya menyimpulkan adanya korelasi negatif yang kuat antara konsentrasi vitamin E dalam darah dengan kematian karena penyakit jantung iskhemik (PJI), juga ditemukan korelasi negatif yang tidak begitu kuat antara kadar vitamin A dalam darah dengan kematian karena PJI. Jika tiga faktor risiko penyakit kardiovaskular yaitu kholesterol, hipertensi dan merokok, dikontrol, kombinasi vitamin E dan A mempunyai korelasi negatif yang sedikit lebih kuat dibandingkan dengan vitamin E tersendiri. Dalam kesimpulan akhir dikemukakan bahwa efek protektif dari vitamin E dapat ditingkatkan oleh vitamin A, karoten, dan vitamin C.

Observasi penggunaan vitamin C dosis tinggi untuk menurunkan kholesterol darah pada hewan percobaan (kelinci dan babi) yang diberi diet kholesterol mengilhami suatu ide bahwa vitamin C dapat menurunkan kholesterol darah para penderita hiperkholesterolemia. Untuk mengkaji hal tersebut, dilakukan studi klinik yang tidak terkontrol (uncontrolled clinical trials). Studi klinik tersebut menunjukkan hasil yang bertentangan, yaitu tidak terbukti bahwa vitamin C berhubungan dengan penyakit kardiovaskular.

Mineral
Mengenai peranan garam Natrium (Na) dalam hubungannya dengan penyakit kardiovaskular, terutama hipertensi; sampai saat ini masih belum dicapai kesepakatan bulat. Banyak studi epidemiologi dan studi menggunakan hewan percobaan mengungkapkan adanya hubungan tersebut.

Pada kelinci dan tikus yang menderita defisiensi kalsium, kadar kholesterol dalam darahnya meningkat. Suplementasi kalsium pada hewan percobaan dapat menurunkan lipida darah mendekati atau bahkan lebih rendah daripada kontrol, tetapi juga berasosiasi dengan insidensi lesi jantung dan lesi ginjal.

Penelitian yang tidak terkontrol terhadap 10 penderita hiperlipidemia menunjukkan bahwa penambahan 800 mg kalsium per hari (dalam bentuk kalsium karbonat) selama satu tahun, dapat menurunkan kholesterol dalam darah sebanyak 25%. Penelitian lain terhadap sekelompok wanita yang berusia lebih tua, suplementasi 750 mg kalsium per hari dapat menurunkan kholesterol darah 36 mg/dl dari rata-rata 266 mg/dl.

Magnesium dan kalsium mungkin berinteraksi dengan lemak dalam promosi terjadinya lesi aterosklerotik. Pada hewan percobaan, peningkatan insiden lesi jantung dan lesi ginjal berasosiasi dengan masukan kalsium yang sangat tinggi, dan ini dapat diturunkan atau bahkan dihilangkan dengan diet tinggi magnesium. Efek protektif ini hanya berlaku jika masukan kalsium sangat tinggi (0,6% berat), dan hanya berlaku jika terdapat kenaikan kholesterol darah.

Pada hewan percobaan, defisiensi tembaga (Cu) berasosiasi dengan kerusakan kardiovaskular dan ketidaknormalan metabolisme kholesterol. Dalam satu studi pada manusia, defisiensi Cu akan mengakibatkan kenaikan kholesterol dalam darah. Kenaikan ini mungkin karena Cu merupakan ko faktor untuk enzim yang terlibat dalam sintesis kholesterol dan degradasi lipoprotein.

Peningkatan Zn dalam diet akan meningkatkan kebutuhan Mg. Atas dasar ini dibuat postulasi bahwa rasio Zn-Cu yang tinggi pada diet orang Amerika, dapat merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Suplementasi Zn yang diberikan kepada anak dalam jangka waktu panjang, tidak berasosiasi dengan kenaikan kholesterol dalam darah. Meski suplementasi Zn dalam dosis tinggi telah dilaporkan dapat menurunkan kholesterol HDL, dosis yang fisiologik tidak mempunyai efek pada lipida darah.

Selenium (Se) yang sangat rendah dalam diet orang-orang Cina, telah dihubungkan dengan kejadian kardiomiopati pada anak. Meski peran Se sebagai penyebab belum jelas, studi epidemiologi menunjukkan peranan defisiensi Se dalam penyakit kardiovaskular. Di Amerika Serikat, kematian karena penyakit kardiovaskular ditemukan lebih rendah di daerah yang tanahnya mempunyai kandungan Se tinggi. Hal yang serupa juga ditemukan di Swedia, yaitu kematian karena penyakit kardiovaskular lebih rendah di daerah yang mendapat air dengan kandungan Se lebih tinggi.

Akan tetapi studi lain tidak berhasil mendemonstrasikan adanya perbedaan konsentrasi Se dalam serum dan urin dari penderita hipertensi atau penderita penyakit jantung koroner yang meninggal karena infark miokard dan atherosklerosis dibandingkan dengan kontrol. Platelet pada  manusia mengandung Se lebih banyak daripada jaringan lainnya. Ini memberikan indikasi bahwa defisiensi Se dapat berpengaruh terhadap thrombosis. Dari studi dikemukakan bahwa defisiensi Se mengurangi aktifitas antioksidan platelet, dan aktifitas ini pulih dengan suplementasi Se.

Dalam studi prospektif di Finlandia, didapatkan hubungan antara konsentrasi Se yang rendah dalam darah dengan manifestasi klinik penyakit kardiovaskular. Pada studi kasus kontrol terhadap populasi yang lain, juga di Finlandia, ditemukan korelasi yang tinggi antara kadar Se dalam darah dengan asam eikosapentanoat (EPA). Dalam studi tersebut, sulit memisahkan efek aterogenik dari Se dan asam lemak omega-3, karena ikan merupakan sumber utama Se dan sekaligus sumber asam lemak omega-3 dalam diet orang-orang Finlandia.

Peranan zat besi (Fe) dalam penyakit kardiovaskular menjadi menarik karena kontribusinya pada aterogenesis dan/atau kerentanan miokardium menjadi ishkemik. Tingginya simpanan zat besi dalam hati merupakan faktor risiko tersendiri atau merupakan kombinasi dengan lipoprotein. Zat besi berperan sebagai katalis dalam hidroksil radikal (OH. ) melalui reaksi Haber-Weiss, dan berperanan penting dalam peroksidasi lemak.

Alkohol dan kopi
Hubungan antara konsumsi alkohol dengan penyakit kardiovaskular sangat kompleks. Masukan alkohol yang tinggi berasosiasi dengan kematian karena penyakit kardiovaskular. Konsumsi alkohol yang tinggi akan meningkatkan trigliserida dalam darah dan tekanan darah.

Beberapa studi berhasil menunjukkan bahwa konsumsi alkohol (etanol) dalam jumlah yang rendah atau sedang, akan meningkatkan HDL dalam darah, dan tentu saja ini menguntungkan bagi pencegahan penyakit kardiovaskular. Meski tampaknya konsumsi alkohol dalam jumlah rendah atau sedang menguntungkan kesehatan jantung, tetapi tidak dianjurkan kepada masyarakat.

Beberapa studi terhadap sejumlah besar individu telah menunjukkan bahwa meminum kopi dapat meningkatkan kholesterol dalam darah. Mekanisme peningkatan ini masih belum jelas, akan tetapi kopi yang dibuat dengan cara diekstraksi mempunyai efek yang lebih kecil dibandingkan dengan kopi yang dibuat secara tradisional (kopi tubruk).

Serat makanan
Serat makanan mempunyai kemampuan menurunkan kholesterol dalam darah. Pektin, serat makanan yang banyak didapati dalam apel dan buah-buahan lain, dapat menurunkan LDL, kholesterol total, dan menekan sintesis kholesterol dalam usus halus pada binatang percobaan.

Konsumsi karbohidrat terutama sukrosa dapat meningkatkan trigliserida dalam darah, sementara karbohidrat kompleks (pati/ tepung) kurang aterogenik dibandingkan dengan karbohidrat lain yang lebih sederhana (mono dan disakarida).

Pedoman Diet

Tidak semua faktor risiko penyakit kardiovaskular dapat dikendalikan, maka pengaturan diet merupakan salah satu upaya strategis untuk memperkecil risiko penyakit kardiovaskular.

Memperhatikan faktor risiko penyakit kardiovaskular dan peranan gizi dalam mengurangi risiko tersebut, maka prinsip diet yang dapat dianjurkan adalah sebagai berikut :
  • Masukan energi seimbang, dalam arti sesuai dengan kebutuhan.
  • Energi yang berasal dari lemak tidak lebih dari 30%.
  • Proporsi PUFA:SAFA:MUFA adalah 1:1:1.
  • Batasi konsumsi alkohol dan kopi.
  • Lebih banyak dan lebih bervariasi menggunakan sayur dan buah.
  • Batasi penggunaan makanan olahan atau yang diawetkan, dan perbanyak makanan segar.

sumber:
Cermin Dunia Kedokteran

ARTIEKL 50 Nutrisi Esensial Bagi Tubuh

As.....cyank  gondut ne le artikelnya.......jgn mls kuliah..................yo.....
Ada sekitar 50 zat nutrisi esensial yang dibutuhkan  tubuh untuk dapat menjalankan fungsinya dengan normal atau optimal yang tidak dapat digantikan dengan zat lainnya. Secara rutin, zat nutrisi esensial itu dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses ekskresi, oleh karena itu kita harus harus selalu menjaga keberadaan nutrisi esensial di dalam tubuh melalui makanan kita sehari-hari.

Zat nutrisi dapat dikatakan sebagai zat yang esensial jika memenuhi 2 kriteria sebagai berikut :
  • merupakan zat yang penting untuk kesehatan, dan
  • tubuh tidak dapat mensintesisnya dalam jumlah yang memadai. Dengan demikian, glukosa, meskipun "penting" bagi metabolisme normal, tidak digolongkan sebagai esensial karena tubuh biasanya dapat mensintesis semua yang dibutuhkan, dari asam amino, misalnya.

Selain itu, jumlah nutrisi esensial yang harus ada dalam makanan untuk menjaga kesehatan bukanlah kriteria untuk menentukan apakah substansi sangat penting. Setiap hari diiperlukan sekitar 1500 gram air, 2 gram asam amino methionine, namun hanya sekitar 1 mg vitamin tiamin diperlukan per hari oleh tubuh kita.

Air merupakan salah satu zat nutrisi penting atau esensial karena kehilangan air melalui urine, kulit dan saluran pernafasan jauh lebih banyak daripada jumlah yang dapat disintesis oleh tubuh. Air dapat terbentuk dalam tubuh kita sebagai produk akhir fosforilasi oksidatif dan juga dari beberapa proses metabolisme. Oleh karena itu, untuk menjaga keseimbangan air, asupan air sangat penting.

Unsur mineral merupakan contoh zat yang tidak dapat disintesis atau dipecah-pecah tetapi terus hilang dari tubuh di dalam air kemih, tinja, dan berbagai proses sekresi lainnya. Mineral utama harus diberikan dalam jumlah yang cukup besar, sementara untuk unsur mineral lainnya diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil. Kita telah mencatat bahwa 9 dari 20 asam amino merupakan zat nutrisi esensial. Dua asam lemak, linoleat dan linolenat, yang berisi sejumlah ikatan ganda dan melakukan peran penting dalam sistem kimia tubuh, juga termasuk dalam zat nutrisi esensial.

Daftar Zat Nutrisi Esensial :

Air
Unsur mineral
7 unsur mineral utama:
  • Calcium Ca
  • Phosphorus P
  • Potassium K (Latin kalium)
  • Sulfur S
  • Sodium Na (Latin natrium)
  • Chlorine Cl
  • Magnesium Mg

13 unsur trace mineral:
  • Iron Fe (Latin ferrum)
  • Iodine I
  • Copper Cu (Latin cuprum)
  • Zinc Zn
  • Manganese Mn
  • Cobalt Co
  • Chromium Cr
  • Selenium Se
  • Molybdenum Mo
  • Fluorine F
  • Tin Sn (Latin stannum)
  • Silicon Si
  • Vanadium V

Asam amino esensial:
  • Isoleucine
  • Leucine
  • Lysine
  • Methionine
  • Phenylalanine
  • Threonine
  • Tryptophan
  • Tyrosine
  • Valine

Asam lemak esensial:
  • Linoleic
  • Linolenic

Vitamins
Vitamin larut dalam air:
  • B1: thiamine
  • B2: riboflavin
  • B6: pyridoxine
  • B12: cobalamine
  • Niacin
  • Pantothenic acid
  • Folic acid
  • Biotin
  • Lipoic acid
  • Vitamin C

Vitamin larut dalam lemak:
  • Vitamin A
  • Vitamin D
  • Vitamin E
  • Vitamin K

Nutrisi esensial lainnya:
  • Inositol
  • Choline
  • Carnitine

Vitamin

Vitamin adalah sekelompok dari 14 organik nutrisi penting yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil dalam makanan. Struktur kimia yang tepat dari vitamin pertama untuk ditemukan tidak dikenal, dan mereka hanya diidentifikasi dengan huruf abjad. Vitamin B ternyata terdiri dari delapan substansi yang sekarang dikenal sebagai vitamin B kompleks. Tanaman dan bakteri memiliki enzim yang diperlukan untuk mensistesis vitamin, dan itu adalah dengan makan baik tumbuhan atau daging dari hewan yang memakan tanaman itu, dari situlah kita mendapatkan vitamin.

Vitamin tidak memiliki struktur kimia khusus yang sama, tetapi mereka dapat dibagi menjadi vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air dalam bentuk bagian-bagian dari koenzim seperti NADSOH, Fad, dan koenzim A. vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K) pada umumnya tidak berfungsi sebagai koenzim. Sebagai contoh, vitamin A (retinol) digunakan untuk membentuk pigmen yang sensitif terhadap cahaya di mata, dan kekurangan vitamin ini malam menyebabkan kebutaan.

Katabolisme vitamin yang tidak menyediakan energi kimia, walaupun beberapa dari mereka berpartisipasi sebagai koenzim dalam reaksi kimia yang melepaskan energi dari molekul lain. Meningkatkan jumlah vitamin dalam makanan melebihi minimum tertentu tidak selalu meningkatkan aktivitas enzim tersebut untuk vitamin yang berfungsi sebagai koenzim. Hanya jumlah yang sangat kecil koenzim berpartisipasi dalam reaksi kimia yang memerlukan mereka dan meningkatkan konsentrasi di atas tingkat ini tidak meningkatkan laju reaksi.

Jumlah vitamin yang masuk ke tubuh bervariasi tergantung pada jenis vitamin itu, apakah vitamin larut dalam air atau vitamin yang larut dalam lemak. Jumlah vitamin yang larut air dalam makanan meningkat, demikian juga jumlah yang diekskresikan dalam urine; sehingga akumulasi vitamin jenis ini dalam tubuh menjadi terbatas.

Di sisi lain, type vitamin yang larut dalam lemak dapat terakumulasi dalam tubuh karena mereka hanya sedikit diekskresikan oleh ginjal dan karena mereka larut dalam lemak dalam jaringan adiposa. Asupan dalam jumlah besar dalam dari vitamin tipe ini, terkadang dapat menimbulkan efek toksik bagi tubuh.

ARTIKEL Alasan Tubuh Memerlukan Suplemen Gizi

Makanan, air dan oksigen adalah substansi dasar yang menyusun kehidupan di planet ini. Makanan memberi kita energi dan nutrisi yang dibutuhkan untuk membangun, memelihara dan memperbaiki semua sel-sel tubuh kita. Penelitian gizi adalah studi tentang makanan dan nutrisi, meliputi sumber-sumber bahan nutrisi, bagaimana tubuh manusia mencerna, menyerap dan memanfaatkan nutrisi dan apa yang mereka lakukan untuk mendukung kehidupan dan kesehatan.

Gaya hidup dan diet sangat berpengaruh signifikan terhadap jenis makanan yang diperlukan tubuh. Orang-orang yang mengkonsumsi alkohol, minum teh, kopi, terpapar asap, mengkonsumsi berbagai obat (resep dan sebaginya) atau atlet olahraga memiliki kebutuhan nutrisi tertentu yang lebih besar dari orang lain. Misalnya, orang yang minum alkohol memerlukan sejumlah besar vitamin B, seng dan magnesium untuk metabolismenya, karena di dalam alkohol terdapat nutrisi yang larut dalam air sehingga zat-zat itu akan diekskresikan lebih cepat dengan efek diuretik alkohol.

Banyak orang percaya bahwa mengkonsumsi makanan segar dan diet seimbang dapat menyediakan semua kebutuhan vitamin dan mineral penting bagi kesehatannya. Untuk keadaan normal hal ini mungkin saja terjadi. Namun, ada banyak alasan mengapa suplemen vitamin dan mineral tetap diperlukan untuk menjaga kondisi tubuh.

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa suplemen vitamin dan mineral mungkin anda perlukan:

Pencernaan yg Buruk
Hal ini merupakan masalah besar karena meskipun asupan makanan sudah cukup, pencernaan yang buruk dapat membatasi penyerapan vitamin dan mineral oleh tubuh. Makan terlalu cepat dapat menyebabkan jumlah zat nutrisi mengalir yang terlalu banyak untuk dapat diserap oleh enzim pencernaan, sehingga banyak dari zat itu yang terbuang percuma. Banyak orang dengan gigi palsu juga tidak mampu mengunyah makanan dengan efisien.

Mengkonsumsi makanan atau minuman (atau obat-obatan seperti aspirin) dapat juga menyebabkan radang selaput pencernaan yang mengakibatkan penurunan enzim pencernaan dan penurunan ekstraksi vitamin dan mineral dari makanan.

Alkohol
Alkohol dikenal dapat merusak hati dan pankreas, yang merupakan organ penting untuk pencernaan dan metabolisme. Alkohol juga dapat merusak lapisan saluran pencernaan, dapat mempengaruhi penyerapan gizi dan menyebabkan malnutrisi subklinis. Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak menyebabkan meningkatnya kebutuhan vitamin B kompleks, terutama B1 (thiamin), B3 (niacin), B6 (pyridoxine), asam folat dan vitamin B12, dan vitamin C. Alkohol juga meningkatkan kebutuhan untuk mineral seng, magnesium dan kalsium dan mempengaruhi ketersediaan, penyerapan, metabolisme dan ekskresi dari semua jenis nutrisi ini.

Merokok
Merokok tembakau dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa dari kedua saluran pencernaan dan paru-paru, dan meningkatkan kebutuhan metabolik vitamin C. Setiap rokok menggunakan sampai 25 mg vitamin C dan perokok memerlukan 30 persen lebih banyak vitamin C dari orang yang tidak merokok. Perokok juga memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk vitamin A, seng, dan lesitin untuk memperbaiki membran paru-paru.

Obat Pencahar
Obat pencahar (atau diare kronis) dapat mengakibatkan miskinnya penyerapan vitamin dan mineral dari makanan, dengan mempercepat waktu transit makanan di usus. Parafin dan minyak mineral lainnya meningkatkan kehilangan  dari vitamin yang larut dalam lemak A, D, E dan K dan asam lemak esensial. Obat pencahar juga dapat menyebabkan kehilangan mineral / elektrolit seperti kalium, natrium dan magnesium.

Diet
Jika tidak dilakukan dengan hati-hati, diet dapat menyebabkan tubuh kekurangan hampir seluruh vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh. Bahkan diet rendah lemak yang populer, bila digunakan terlalu sering atau terlalu lama, dapat menyebabkan kekurangan yang signifikan dari vitamin yang larut dalam lemak A, D, E dan K dan Asam lemak esensial. Vegan (dan banyak diet vegetarian) harus direncanakan dengan baik untuk menghindari kekurangan zat besi, vitamin B12 dan seng.

Antibiotik
Meskipun sangat berperan dalam mengatasi infeksi berat, zat antibiotik juga dapat membunuh bakteri 'baik' di dalam usus sehingga dapat memperburuk pencernaan. Oleh karena itu sering disarankan untuk menambah suplemen VItamin B kompleks sampai enam minggu setelah menggunakan antibiotik. Penggantian hormon dan pil juga mengurangi penyerapan asam folat dan meningkatkan kebutuhan vitamin B kompleks, vitamin C, magnesium dan seng.

Obat-obatan
Banyak orang yang tergantung pada obat resep untuk mengatasi berbagai kondisi kesehatannya. Meskipun kadang-kadang dapat menyelamatkan nyawa, penggunaan obat-obatan juga dapat meningkatkan kebutuhan berbagai zat gizi. Misalnya, menggunakan antasida akan menurunkan kadar kalsium, besi, kalium, vitamin A dan vitamin B1. Penggunaan obat anti-inflamasi akan meningkatkan kebutuhan vitamin B6, C dan E dan yodium. Obat anti hipertensi akan meningkatkan kebutuhan vitamin B6 dan B12, kalium dan magnesium. Pengobatan steroid meningkatkan kebutuhan akan kalsium, besi, seng dan vitamin B6, C dan D. Bahkan penggunaan aspirin sederhana pun akan meningkatkan kebutuhan vitamin C.

Luka
Luka dapat menyebabkan kehilang protein dan nutrisi penting. Bedah meningkatkan kebutuhan akan zinc, vitamin E dan nutrisi lainnya yang berperan dalam mekanisme perbaikan sel. Vitamin C sangat penting untuk detoksifikasi anestesi dan mencegah shock akibat bedah (kelelahan adrenal). Perbaikan tulang yang patah akan diperlambat oleh kekurangan kalsium, boron dan vitamin C. Memperbaiki organ yang infeksi akan  memerlukan kebutuhan tinggi akan zat-zat seng, magnesium dan vitamin B3, B6, A, C dan E.

Stress
Stress secara kimia, fisik dan emosional dapat meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin B2, B3, B5, B6 dan C. Polusi udara juga dapat meningkatkan kebutuhan akan vitamin A dan E serta mineral seng.

Lanjut Usia
Orang lanjut usia memiliki asupan nutrisi yang rendah, khususnya protein, kalsium, seng dan magnesium. Defisiensi asam folat dan kekurangan vitamin B12 adalah biasa. Asupan serat juga sering rendah. Kekurangan riboflavin (B2) dan pyridoxine (B6) juga telah diamati. Kemungkinan penyebab dari semua ini adalah berkurangnya atau melemahnya kemampuan zat perasa dan pembau (tanda kekurangan zat seng), pengurangan sekresi enzim pencernaan, penyakit kronis dan penggunaan obat-obatan.

Sinar Matahari
Orang-orang yang kurang terkena paparan sinar matahari dapat menderita kekurangan vitamin D, yang dibutuhkan untuk metabolisme kalsium. Kekurangan terkena sinar matahari juga dapat meningkatkan risiko osteoporosis.

Ultaviolet
Cahaya ultraviolet adalah stimulus untuk memproduksi vitamin D di kulit. Tingkat melatonin juga dapat berpengaruh pada insomnia dan depresi. Hal ini dapat diperburuk pada orang-orang yang terbiasa duduk berjam-jam di depan komputer atau berada di ruangan dengan radiasi elektromagnetik (EMR).

Tanah Miskin Unsur Hara
Sekarang ini banyak tanah pertanian yang kekurangan unsur mineral. Sistem pertanian monokultur yang intensif terlalu banyak menguras unsur-unsur tanah. Penggantian unsur hara tanah lewat pemupukan, biasanya hanya ditujukan pada unsur hara yang diperlukan saja, tidak seluruhnya. Hal ini akan berpengaruh pada kandungan mineral pada tanaman-tanaman pangan yang dihasilkan.

ARTIKEL HUBUNGAN GIZI DAN PENYAKIT KANGKER

As...dk jolek artikel ne jga diambil dari http://www.smallcrab.com
Akibat peningkatan kesejahteraan, derajat kesehatan dan gizi masyarakat serta perubahan komposisi penduduk, terjadi pula perubahan pola penyakit yaitu berkurangnya penyakit-penyakit menular dan kekurangan kurang di satu pihak, dan bertambahnya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes dan kanker di lain pihak.

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di berbagai negara. Sekitar 70-90% dari penyakit kanker tersebut berkaitan dengan lingkungan dan gaya hidup (life style). Dari seluruh penyakit kanker yang disebabkan faktor lingkungan, sekitar 40-60% berhubungan dengan faktor gizi.

1. Lemak

Meski studi tentang hubungan masukan lemak dengan penyakit kanker masih memberikan hasil yang tidak taat azas, tetapi studi yang menggunakan hewan percobaan  menunjukkan bahwa masukan lemak merupakan salah satu kunci dalam mencegah, kanker.

Beberapa peneliti berhasil menunjukkan hubungan antara kenaikan konsumsi lemak dan kegemukan dan kanker payudara hanya ditemukan pada usia yang lebih tua. Tampaknya bukan konsumsi total lemak yang merupakan faktor penting dalam penyakit kanker, tetapi jumlah asam lemak tak jenuh ganda dalam diet lebih berperan. Hal yang harus diperhatikan dalam mengkaji hubungan antara masukan lemak dengan kanker ialah macam lemak (lemak jenuh dibandingkan dengan lemak tak jenuh; lemak hewani dibandingkan dengan lemak nabati).

Di lain pihak, beberapa studi menunjukkan bahwa kholesterol darah yang terlalu rendah merupakan risiko kanker. Masih perlu studi lebih lanjut untuk sampai pada kesimpulan yang pasti tentang korelasi antara masukan kholesterol dengan kholesterol darah dan kanker. Masukan lemak tidak hanya berhubungan dengan kanker tetapi juga dengan penyakit jantung, dan kegemukan.

Pada studi dengan hewan cobaan, pembatasan masukan energi akan mengurangi insiden beberapa jenis kanker, dan meningkatkan umur binatang cobaan tersebut. Masukan energi total dan persen energi yang berasal dari lemak berhubungan dengan risiko kanker, akan tetapi hubungan ini bervariasi untuk jenis kanker yang berbeda. Studi yang dilakukan oleh Boissonneault dkk,1986, menemukan pengaruh energi yang berasal dari lemak terhadap kanker tergantung dari masukan energi total.

2. Protein

Hubungan antara konsumsi protein terutama protein hewani dengan insiden beberapa jenis kanker tertentu telah diselidiki dalam studi epidemiologi. Namun korelasi antara konsumsi protein dengan kanker dipengaruhi oleh korelasi yang tinggi antara konsumsi protein dengan zat gizi lain terutama lemak. Dengan demikian pengaruh langsung dari protein belum dapat ditentukan.

Studi menggunakan hewan cobaan menunjukkan pemberian masukan protein secara berlebihan tidak selalu berhubungan secara taat azas dengan kenaikan insiden tumor. Bila hewan diberi makanan secara ad libitum dengan kandungan protein 10-15% kalori, total insiden tumor tidak dipengaruhi, meski beberapa tumor tertentu seperti bladder papilloma dan tumor payudara ditingkatkan oleh peningkatan masukan protein.

3. Vitamin dan mineral

Disini hanya dibahas vitamin A, karoten, vitamin C, E, zat besi dan selenium. Banyak bukti menunjukkan bahwa makanan yang mengandung banyak vitamin A dan karoten dapat mencegah beberapa jenis kanker epitel. Dari beberapa studi epidemiologi, konsentrasi vitamin A dalam darah berhubungan dengan kenaikan risiko kanker, tetapi beberapa penelitian lain tidak menemukan hubungan tersebut. Demikian pula hubungan antara karotenoid dalam darah dengan kanker.

Suatu studi kohort berhasil menunjukkan bahwa risiko semua jenis kanker dapat diturunkan dengan meningkatkan konsumsi sayuran yang kaya karoten. Bukti paling kuat mengenai peranan vitamin A dalam pencegahan kanker didapat dari studi epidemiologi yang menghubungkan antara konsumsi sayuran yang kaya karoten atau makanan yang kaya vitamin A dengan kanker paru.

Pada hewan cobaan, pemberian vitamin A dosis tinggi dapat mencegah kanker serviks, vagina, kolon, kulit, lambung, tracheobronchi, pankreas, dan hati. Karotenoid diperlukan untuk diferensiasi sel normal. Defisiensi karotenoid dapat menyebabkan proses diferensiasi terhambat. Pada hewan cobaan retinoid mungkin dapat mencegah tahap inisiasi dan promosi dari proses karsinogenesis.

Makanan yang kaya vitamin A dapat mencegah pembentukan radikal oksigen dan peroksida lemak, dan beta karoten sangat efisien dalam menetralisir radikal oksigen. Vitamin A, bersama dengan vitamin C, vitamin E, dan selenium dapat menetralisir efek peroksida dan mengurangi karsinogenesis. Vitamin A dan karoten mempunyai efek penghambatan terhadap kanker mulut dan oesofagus terutama pada pengunyah tembakau (tobacco chewer) dan terhadap kanker paru pada perokok.

Dari studi pada manusia, dapat ditunjukkan bahwa terdapat asosiasi protektif antara makanan yang kaya vitamin C dengan kanker esofagus; kanker lambung. Di dalam saluran pencernaan, vitamin C akan memblok pembentukan nitrosamin yang bersifat karsinogenik dari nitrat dan nitrit, serta mencegah oksidasi zat-zat kimia tertentu menjadi bentuk karsinogenik yang aktif. Vitamin C merupakan faktor pembatas reaksi nitrosasi pada manusia, dan ini telah didemonstrasikan pada penderita gastrektomi dan gastritis atropik akuta.

Dari beberapa studi berhasil ditunjukkan bahwa efek toksik dari ozon pada paru dapat dicegah secara efisien dengan vitamin E. Kadar vitamin E dalam serum mempunyai asosiasi protektif dengan kanker paru.

Dalam studi biokimia, vitamin E berfungsi sebagai antioksidan yang larut dalam lemak dan sebagai free radical scavenger. Dengan demikian peranan vitamin E dalam efek pencegahan kanker hampir sama dengan vitamin A dan C. Vitamin E, seperti juga vitamin C, dapat mencegah pembentukan nitrosamin secara in vitro. Tetapi harus diingat bahwa vitamin E larut dalam lemak, sehingga efek pencegahannya dipengaruhi oleh kehadiran lemak, sedangkan vitamin C tidak, karena larut dalam air.

Banyak bukti menunjukkan bahwa peningkatan simpanan besi dalam tubuh berhubungan dengan peningkatan risiko kanker. Stevens, dkk dalam penelitiannya menemukan mampu ikat besi (total iron binding capacity) lebih rendah, sedangkan jenuh transferin lebih tinggi pada penderita kanker dibandingkan dengan bukan penderita.

Selenium dalam tanaman maupun hewan berbentuk selenat, selenocystin, selenomethionin, dan bentuk-bentuk lain yang belum diidentifikasi. Pengkajian dari angka rata-rata konsumsi selenium per kapita yang berasal dari 27 negara, mendapatkan hubungan terbalik dengan total kematian karena kanker, kematian karena leukemia, dan kanker kolon, rektum, payudara, ovanum, dan kanker paru.

Dari beberapa studi kasus kontrol didapatkan bahwa penderita kanker mempunyai selenium darah yang lebih rendah daripada kontrol. Akan tetapi data penelitian ini harus diinterpretasikan dengan hati-hati, karena kadar selenium darah yang rendah mungkin merupakan konsekuensi sakit. Studi prospektif dapat menunjukkan bahwa risiko kanker meningkat pada kelompok dengan selenium darah, vitamin E dan vitamin A darah yang rendah. Selenium menghambat transformasi neoplastik dalam berbagai organ epitel pada hewan.

Beberapa studi menunjukkan efek protektif terhadap kanker hati, payudara, kolon, dan kulit. Akan tetapi dosis yang diberikan sampai menghasilkan efek protektif ini, dalam berbagai penelitian sama dengan dosis yang dapat menimbulkan keracunan pada pemberian jangka panjang.

4. Serat makanan

Serat makanan meliputi selulosa, hemiselulosa, lignin, gums, pektin. Sumber utama serat makanan adalah sayuran, buah-buahan dan biji-bijian penuh atau utuh. Dari beberapa studi epidemiologi, didapatkan korelasi antara konsumsi serat makanan dengan risiko kanker kolon.

Pada studi dengan manusia, masih belum cukup informasi tentang komponen dari serat makanan dan pengaruh terhadap risiko kanker. Diperkirakan jenis serat memegang peranan penting. Pada beberapa studi lain juga diamati hubungan dengan zat gizi lain, karena walaupun terdapat korelasi yang kuat antara risiko kanker kolon dengan pola makanan tinggi sera, komponen diet lainnya mungkin berpengaruh terhadap korelasi ini.

Dari 19 studi kasus kontrol yang mengukur peran serat makanan pada kanker kolon, tiga studi tidak menemukan peran, tiga studi menemukan hubungannya dengan kenaikan risiko kanker, dan 13 studi menemukan efek protektif serat makanan, khususnya sayuran. Efek protektif dikemukakan dalam dua studi kasus kontrol yang menguji risiko relatif untuk diet tinggi lemak dan rendah lemak.

Secara keseluruhan, studi kasus kontrol menyajikan hasil yang beragam, beberapa studi menunjukkan serat makanan mempunyai efek protektif dan lainnya tidak. Pada studi menggunakan hewan cobaan, juga didapatkan hasil yang tidak taat azas dalam hubungan antara serat makanan dengan kanker kolon. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sifat karsinogen yang digunakan, komposisi diet, perbedaan kuantitatif dan kualitatif dalam serta makanan, strain hewan cobaan yang digunakan, dan lama percobaan.

5. Makanan olahan
Cara penyimpanan dan pengolahan makanan bervariasi antar negara, dan perbedaan ini mungkin memberikan kontribusi yang besar dalam variasi beberapa jenis kanker.

Pengasapan makanan dapat membentuk senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik (polycyclic aromatic hydrocarbon), beberapa di antaranya diketahui bersifat karsinogenik pada hewan. Zat-zat yang bersifat karsinogenik dapat terbentuk pada waktu proses pemasakan dan jumlahnya berhubungan dengan penggunaan suhu tinggi dan jangka waktu pemasakan. Misal pemasakan dengan cara pembakaran menggunakan api oven, dapat membentuk senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik pada permukaan makanan yang dibakar tersebut. Pembakaran asam amino dengan gula selama proses pemasakan, menghasilkan berbagai zat kimia yang bersifat mutagenik, dan beberapa di antaranya bersifat karsinogenik.

Penggaraman dan pengasaman makanan dapat membentuk nitrosamin yang bersifat karsinogenik untuk mulut dan lambung. Bukti-bukti dari studi epidemiologi menunjukkan masyarakat yang banyak mengkonsumsi makanan yang diawet dengan diasin, diasam, dan diasap, mempunyai insiden kanker lambung dan esofagus lebih banyak. Kanker esofagus berhubungan dengan konsumsi asinan sayur, ikan asin dan makanan asap. Dari beberapa studi epidemiologi, nitrat, nitrit dan komponen N-nitroso dalam makanan dan air serta makanan yang diasin berhubungan dengan kanker lambung.

Kanker esofagus dan kanker lambung juga berhubungan dengan keadaan gizi kurang. Kenyataannya, hampir semua studi mengenai diet dengan kanker lambung, telah menemukan efek protektif dari konsumsi sayuran dan buah-buahan, dan bahkan dalam percobaan in vitro pembentukan komponen N-nitriso dapat ditekan seminim mungkin oleh antioksidan seperti vitamin E dan vitamin C.

sumber:
Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 17

ARTIKEL GANGGUAN METABOLISME PROTEIN

Ass...cyank jolek artikel ne diambil dari artikel http://www.smallcrab.com/
Protein tersusun atas sejumlah asam amino yang membentuk suatu untaian (polimer) dengan ikatan peptida. Selain itu, protein juga memiliki gugus amina (-NH2) dan gugus karboksil (-COOH).

Asam amino dapat dibedakan menjadi:
  1. Peptida jika terdiri atas untaian pendek asam amino (2 - 10 asam amino).
  2. Polipeptida jika terdiri atas 10 - 100 asam amino.
  3. Protein jika terdiri atas untaian panjang lebih dari 100 asam amino.

Metabolisme protein merupakan metabolisme dari asam amino itu sendiri. Kira-kira 75% asam amino digunakan untuk sintesis protein. Asam-asam amino dapat diperoleh dari protein yang kita makan atau dari hasil degradasi protein di dalam tubuh kita. Degradasi ini merupakan proses kontinu. karena protein di dalam tubuh secara terus menerus diganti.

Beberapa jenis protein antara lain:
  1. Glikoprotein yaitu protein yang mengandung karbohidrat.
  2. Lipoprotein yaitu protein yang mengandung lipid.

Asam amino selanjutnya digunakan untuk sintesis protein, diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati), dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh antara lain:
  • Membangun sel-sel yang rusak.
  • Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon.
  • Membentuk zat inti energi (1 gram energi kira-kira akan menghasilkan 4,1 kalori).

Gangguan metabolisme protein

1. Kreatin dan kreatinin

Kreatin disintesis di hati dari asam amino methionin, glisin, dan arginin. Di otot skelet, kreatin mengalami posforilasi menjadi posfokreatin yang merupakan sumber energi penting di otot skelet. ATP yang berasal dari proses glikolisis dan posforilasi oksidatif. ATP bereaksi dengan kreatin membentuk ADP dan sejumlah besar posfokreatin. Kreatinin dalam urin berasal dari pemecahan posfokreatin.

Kreatinuria secara normal dapat terjadi pada anak-anak, wanita selama mengandung dan setelah melahirkan. Pada laki-laki sangat jarang terjadi kecuali pada kondisi kerja yang berlebihan. Kreatinuria pada laki-laki biasanya terjadi akibat kelaparan, tirotoksikosis, DM yang tidak terkontrol, dan kerusakan otot (myopati).

2. Asam urat

Asam urat berasal dari basa nitrogen penyusun asam nukleat (RNA dan DNA) yaitu purin dan pirimidin. Asam nukleat dalam makanan setelah di pencernaan, kemudian diabsorpsi dan sebagian besar purin dan pirimidin dimetabolisme oleh hati. Purin sebagian kecil dikeluarkan lewat urin terutama setelah diubah menjadi asam urat.

Asam urat ini merupakan hasil akhir dari pada metabolisme purin. Sebagian asam urat ini dioksidasi menjadi ureum dan diekskresi.

Kadar asam urat normal dalam darah adalah 4 mg/dL (0,24 mmol/L). Di ginjal asam urat difiltrasi, kemudian 98% direabsorpsi dan sisanya 2% diekskresikan. Penimbunan asam urat di persendian, ginjal, dan atau jaringan lainnya akan menimbulkan nyeri sendi atau disebut gout. Persendian yang biasanya terkena adalah metatarsophalangeal (ibu jari kaki).

Ada 2 jenis gout yaitu:
  1. Gout primer terjadi karena abnormalitas enzim yang menyebabkan produksi asam urat meningkat.
  2. Gout sekunder karena penurunan ekskresi asam urat atau kenaikan produksi asam urat karena meningkatnya penghancuran sel darah putih yang banyak mengandung asam urat seperti penyakit ginjal, leukemia, dan pneumonia.